script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.3/jquery.min.js' type='text/javascript'/>

Senin, 05 Desember 2011

BILANGAN DAN PERKEMBANGANNYA


Konsep bilangan pada awalnya hanyalah untuk kepentingan menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun, setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan, bahasa matematika ini menjadi suatu yang penting dalam seriap perubahan kehidupan. Tak pelak lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains, teknologi, dan ekonomi bahkan dunia musik, filosofi dan hiburan.
Dahulu, ketika orang perimitif hidup di gua-gua dengan mengandalkan makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung-menghitung, atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi, tatkala mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak persediaan makanan saat ini, mulailah mereka membutuhkan dan menggunakan hitung-menghitung.
Pada mulanya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua kelompok kupu-kupu yang berbeda di taman. Mereka hanya mampu untuk membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang milik orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal dan belajar perhitungan sederhana.
Mula-mula, manusia menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari-jemarinya, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan kawannya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berpikir tentang bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terhadap benda sebanyak dua buah. Misalnya dua kata dan dua kepiting, dan selanjutnya kata “dua” dilambangkan dengan dua “2”.
Karena zaman primitif menyatakan bialngan dengan menggunakan kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang. Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut angka. Misalnya, orang Babilonia mengembangkan tulisan kuno berbentuk baji, yang menggambarkan lambang-lambang berbeda. Menyerupai tongkat yang ujungnya tajam pada tanah liat basah yang dibentuk menjadi batu bata merah. Lambang bilangan yang dibentuk dari baji tersebut tampak seperti pada gambar.



Pada 500 tahun SM, bangsa Maya di Amerika mengembangkan penulisan lambang bilangan (angka) yang menggunakan lambang-lambang pokok sebagaimana tampak pada gambar berikut.


Orang-orang Mesir Kuno (Egypt) menggunakan Hieroglif untuk menuliskan bilangan-bilangan seperti tampak pada gamabr dibawah ini.
Pada abad ke-11, bangsa arab menulis lambang biulangan (angka) dari angka 1 sampai dengan 9 seperti yang ada dan terus dipakai sampai saat ini oleh orang-orang Islam diseluruh dunia seperti tampai pada gamabr berikut ini.



 Ada pula penulisan angka yang dipergunakan oleh bangsa Yunani Kuno, Orang Yunani Kuno menulis bilangan dengan menggunakan huruf abjad yang mereka pakai dalam menulis ditambah tiga lambang khusus seperti tampak pada gambar berikut.


Begitu pula dengan orang Cina Kuno, mereka menulis bilangan dengan membuat garis-garis seperti batang, seperti diperlihatkan dalam gambar berikut.


Bangsa Romawi menggunakan angka-angka sebagai sistem bilangan Romawi berbentuk huruf-huruf. Angka Romawi ini masih dipergunakan hingga saat ini untuk penulisan nomor bab dalam beberapa buku atau karya ilmiah. Angka Romawi tersebut tampak seperti gambar berikutini.


Dalam perkembangan selanjutnya, angka Hindu-Arab Kuno ditemukan dalam manuskrip Spanyol abad X dan menjadi cikal bakal bagi angka-angka yang dipakai sekarang ini seperti diperlihatkan pada gamabr berikut ini.

Tidak ada komentar: